DWIDWI JASADI RAHANI
( DIALOG MERAH PADA MALAM )
Malam gelap malam merah
Jauh jalan…hari-hari panjang,
Tatap jalang…tantang kehidupan,
Mengiris miris teriris,
Terluka meluka luka,
Ditawa tertawa betawa,
Malam gelap malam merah
Dwidwi jasadi rahani
Dialog merah pada malam
Rahani : Mas
Rahani : aku gak bisa masuk ke fesbuk, laptopku error
Jasadi : kenapa. laptopnya
Rahani : gak tau tadi baru aku bawa ke service
Rahani : kayaknya networknya yang gak bener
Jasadi : pakai apa sih jaringannya
Rahani : aku pake telkomflash. padahal aku tadi lagi nulis..seru-serunya
Jasadi : biasa.. itu suka jaringan.. aku pakai spedy
Jasadi : bagaimana.. kesibukanmu apa nich sekarang
Rahani : di kantor baru aja selesai berkas-berkas untuk dana tambahan ke desa, baru bikin rab dan menyelesaikan musyawarah desa. Kalo tugasku sendiri intinya adalah memastikan semua program jalan.
Jasadi : LSM
Rahani : bukan, intergovernmental organization.
Rahani : aku di post conflict, di Calang, Aceh Jaya, Ground Zero Tsunami
Jasadi : woow
Rahani : disana ada 70 desa, bener-bener pelosok gak pernah kebayang deh aku kerja disana, listrik gak ada, air masih harus ke nimba atau ke sungai. Disana bagiku seperti S3, Doktornya aku ya disana.
Jasadi : asik tuh.. aku malahan S teler
Jasadi : haha
Rahani : hahahaha
Rahani : tapi hatinya gak teler
Rahani : temen2 kita di pergururan tinggi sana
Jasadi : hatinya malah keleleran
Rahani : udah teler ama ilmu
Rahani : jadi hatinya juga meler
Rahani : hihihi
Jasadi : hahaha.. tar di buat yg seru
Rahani : sok sana dibikin puisi
*jasadi dan rahani berseni, tanpa tendensi, hanya menikmati, sok nyeni.. *
----------------------------------------------------------------
Rahani : kalo kata mas huni, ngomong ama aku kayak ngomong ama puisi
apa aja disambung-sambungin..hihihihi
Rahani : hihihhi
Jasadi : walala
Rahani : apa aja disambung2in
Jasadi : KY juga kadang bingung sendiri ngomong sama aku
Rahani : berarti mas nyambungnya ama aku
Rahani : hihihihi
Jasadi : wakaka
Rahani : kawaka
Jasadi : seperti dirimu mencoba berasimilasi dengan semua note teman
Jasadi : hahaha
Rahani : hihihi
Rahani : gubarakkkk
Rahani : tuing tuing
Rahani : cring cing
Rahani : kalo bikin puisi cuma ada gitu aja gimana
Rahani : nanti seperti teater
Rahani : dipadukan musik
(Rahani bermimpi, berdiri di Teater Taman Ismail Marzuki, Dalam Melodi Tanpa Arti)
-----------------------------------------------------
Jasadi : hehe... kalau baca tulisanku gimana
Rahani : yah kerasa dirimu
Rahani : tau gak, Ansyur
Rahani : gak bisa kurasakan puisinya, beberapa kali kucoba, gak bias-bisa
Rahani : teknik banget dia, sama kayak setip
Jasadi : hehe.. tak ada guna menulis yang terlalu indah dan mengunakan banyak metafora kalau hanya di toleh dan hanya untuk puja puji
Jasadi : ku kadang hanya membuat puisi isinya cuma satu kata aja
Rahani : :)
Rahani : aku suka beben
Jasadi : sejurus cinta 2 : isinya cuma ....... bercinta...
Rahani : kalo nana, bisa kurasakan, tapi harus kukosongkan dulu bener2 rasaku, kalo gak melayang-layang
Jasadi : bentar ya, pacarku ngajak ol, dia jarang ol, dia tinggal di Inggris
(Jasadi Rahani, berlari, menari, berputar, melingkar, duarr)
------------------------------------
Jasadi : masih ol
Rahani : masih mas
Rahani : habis ngobrol ama ayahku
Jasadi : dimana beliau
Rahani : disini, di facebook, mengomentari sajak-sajakku
Jasadi : siapa namanya
Rahani :
nama bernama
tiada bernama,
nama bernama
tanya nama
nama bernama
apa nama
nama bernama nama
Jasadi :
nama tak bernama
nama adalah nama
bernama nama
Rahani : adalah itu jelek, dibuang saja
Jasadi : hahaha.. ingat juga
Rahani :
nama tak bernama
nama tak nama
tak bernama
Rahani :
hati-hati
kuserap
kupatri
pati
patimu
patinya
patiku
pati mereka
pati kupatri kuserap
Rahani : :)
Rahani : come on
Rahani : let it flow
Jasadi :
hati serap pati
melenggangkan arti
menapaki jati
kepada Illahi
Rahani :
hati serap pati
lenggang arti
Illahi
:)
Rahani : muridmu ini nakal ya
Jasadi : itu kalau memainkan kata yang singkat padat
Rahani :
katamu, patuhku
katamu, guruku
kugugu, ajarmu
Jasadi :
katamu patrimu
membekas arti
mengugu tak menguguk
meniru tak saru
mengajar tak menghajar
tak laknat kalau kualat
tak hina jika zina
mencuri tak tercaci
menyerap tak tersirap
ilmu
ilmu
Rahani :
kau tau
kita sudah berasimilasia
dirimu diriku
diriku dirimu
bahasaku bahasamu
bahasamu bahasaku
detakku deburmu
detakmu deburku
pandangku pandangmu
pandagmu pandangku
lakum dinnukum waliyadin
bagimu agamamu, bagiku agamaku
Rahani : :)
Jasadi : hehe
Rahani : pelan pelan, stop, tarik nafas
Jasadi :
tik untuk detik tak pada detak
mendebur pada satu kubur
meluang ke muara asa
melafal nafas liar mendengus
melahirkan kata tak lazim
koyak hati melodikan diri
Rahani :
diri mati
jasad mati
Jasadi :
berlaku hidup seperti mati
Rahani : :)
Rahani : see
Rahani : 4 kataku, 4 katamu, sama arti,
Jasadi : hahaha
Rahani : mas
Rahani : bagaimana kalau pembicaraan ini, kita bikin sajak dialog
Rahani : belum pernah ada khan?
Jasadi : hehe. silakan aja
Rahani : baru aku yg buat ama ayahku
Jasadi : hehe.. kemas lagi
Rahani : pasti
Rahani :
kau atau aku
aku atau kau
aku aku
kau kau
kita
Jasadi :
aku sudah beberapa kali buat puisi untuk teman, dan di muat pada note dirinya
dan lucunya semua pikir itu adalah diri temanku yang buat
menjadi bunglon dalam gaya yg total beda
Rahani :
tidak mengapa pada note siapa
Tuhanmu tau siapa siapa
tidak mengapa pada note siapa
siapa apa apa siapa
Rahani : :)
Jasadi : hehe
Jasadi :
lain berlaku lain
menjelam serupa malam
menerobos pada liang
meriangkan malam
mencumbui kata
menyeruak jiwa
kelam
hitam
malam
malang
harap pada asa
melepas jiwa
kelam
kelam
kelam
lahir
air
mengalir
arti
arti
kata
apa kata
kata siapa
mengapa kata
kata tak berkata
berkata tak berupa
mencari dalam arti
terseruak menerobos bumi
bumi hitam
kelam
malam
malang
lahir
lahir
pada malam
Jasadi : hahahaahahaha
bagaimana mengalir saja seperti air kan
Rahani :
suara suara
tawa tawa
udara udara
suara suara
tawa
tawa
disana disana dimana
kulihat disana tertawa
disana disana dirinya
tersenyum bahagia rasa
udara udara
hara
ara
tara
disana disana
dimana dimana
rawa tanah penuh rongga
rongga udara
udara rongga
paru
rapu
haru
uhhhh
berat dia
berat kala
malaikat
malaikat
sangkakala
mainkan
mainkan lagi
tiupkan
tiupkan lagi
kehidupan
kematian
hampa
fana
hidup
mati
Rahani : :)
Jasadi : :)
Jasadi : hehehe
Rahani : sip sip
Rahani : gila khan
Jasadi :
sepersekian detik
terkadang sesuatu itu mengalir saja seperti air
jangan di tahan biarkan aja karena itu lah talenta
talenta akan meledak pada saatnya
Rahani :
kau tau
bukan air saja yang mengalir
tanahpun mengalir
kala tangan tangan jahanam
memperkosa tiap jengkal tanah
merobek perawannya rimba
mendesak desak
ke dalam dalam
merah darah
merah marah
alam marah
meruah tumpah
musibah
Jasadi :
tanah
tak kemana
merah
menyeruak darah
merah
merah
mengalir bencana
tanah marah
marah amarah
angkara tanah
angkara kala
Rahani :
dimana penzinah
dimana pendosa
tanah merah
tanah marah
disana
di kursi singgasana merah darah
seorang raja...pongah
menengadah menatap menengadah
kuludah
kusudah
disana
di istana-istana merah darah
dirah dirah
ahhh
Jasadi : terlalu banyak kata yang berlebihan.
seharusnya bisa menjadi dalam
Rahani : memang mereka sudah berlebihan
mengeksploitasi tanah
Jasadi : tanah
Rahani : mengeksploitasi hingga darah menjadi nanah
Jasadi :
merah
pada raja
pongah menegadah
dalam merah
singgasana
berselimut darah
melahirkan zinah
tangis pilu
Rahani :
bayi kecil biru
ayahku
ibuku
dimana rumah kita
dimana hutan kita
Jasadi :
pada tanah
rumah
tanah
hutan
rumah
rumah biru mu tanah
bayimu tak biru
bayimu hijau kelam
mati sebelum waktu
ayah ibumu kelam
tergilas waktu
tanah
merah hitam
tertumpah waktu
waktu melaju
tanah beku
beku biru
biru busuk
Rahani :
air mata wanita wanita tua
derita pada penderita
jeritmu
teriakmu
jeritkan
teriakkan
jaluhkuhutu
hutajuhuku
Jasadi : :)
Rahani : gilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Rahani : mantrab
Rahani : udah ah
Rahani : capek, ngobrol ringan aja ya
Jasadi : haha.. kuikuti aja maumu..
Rahani : heheh
Jasadi : kamu sendiri yg capek
Jasadi : wakakaka
Rahani : mas
Jahadi : yup
Rahani : kerasa gak disana
Rahani : kalau di bagian awal
Rahani : mas jadi aku (maksudku gaya mas)
Rahani : dan aku jadi mas
Rahani : di bagian dua
Rahani : balik lagi
Jasadi : hehehe
Rahani: keren khan
Jasadi :
aku hanya masuk pada roh mu
pada jiwamu
pada gayamu
menjadikan diriku berpikir seperti dirimu
Rahani :
aku juga bersatu pada ruh mu
pada dua kali bertemu
ah sombong sekali dirimu mengakui
Jasadi :
makanya aku tahu kamu, suka serap ilmu
kubiarkan aja mengalir
Jasadi :
karena sesungguhnya aku bukan apa-apa
aku hanya pelawak kata
yang memainkan kata mengikuti nadi
mendentum seirama jantung
tetapi jadi hantu kata
tak ada niat menghantui
Rahani :
lah kalo begitu aku seniman rasa
rasaku madu manis semanis madu
manisku bagai buluh perindu
ah puan melayu
dara melayu berbaju beludru
Jasadi : udah jam 3 tuh
Rahani : iya, udahan yuk, besok aku ngantor.
Jasadi : nite
Rahani : morning kale
Malam gelap malam merah
Jauh jalan…hari-hari panjang,
Tatap jalang…tantang kehidupan,
Mengiris miris teriris,
Terluka meluka luka,
Ditawa tertawa betawa,
Malam gelap malam merah
Dwidwi jasadi rahani
Dialog merah pada malam
0 komentar:
Posting Komentar