secangkir kopi pada kepulan kretek merupakan penuangan dari mata liarku menatap kehidupan yang semakin unik .. salam sejahtera bagi semua ( t-wong )

Selasa, 28 April 2009

KELAP ANGKARA GELAP

KELAP ANGKARA GELAP

tak sadar diri ada di mana
pada pertarungan antara dua kelompok manusia
yang berebut mempertahankan pohon makannya

mereka menghina karena datang dalam jaman
mereka mencoba meminta haknya karena tertinggal oleh jaman

kembali terhempas
pada kumpulan gelap
dalam cahayapun ku tak bisa melihat
menghantam setiap dinding saat mencoba melangkah

dalam paksaan gelap langkah harus melangkah
sementara anjing-anjing penjaga tak henti menyeringai
mencocongkan taringnya pada setiap jengkal tubuh ini
anjing-anjing itu mencoba menghentikan langkah

kembali terhempas
pada dinding dinding curam tanah hitam
setelah melewati lorong-lorong tanah hitam yang berliku
mencoba mengapai permukaan
sementara di atas.. sekawanan memangsa berikut telah menanti
perlahan menuruni terbing curam mengendus diri
hanya nyeri yang terasa dan ku kembali terhempas

pada sungai keruh dan hitam
pasrah diri dalam arus nya
kubiarkan diri ini di tendang dan ditarik arusmu
hanya iklas diri tak berbuat
membiarmu menyeret dan membawa diri ini ke seberangmu
dalam lunglai ku mengapai gapai
sekalipun seberangmu masih sebuah anggan

pada sisi sungai
dalam nanar ku menatap
orang-orang berpesta pora
seakan hidup tak pernah susah
padahal di sisi yang satunya semua saling memangsa

kembali aku dalam gelap
pada wajah-wajah ceria yang menyatap bumi
bersuka ria mengangkat gelas-gelas anggurnya
aku hanya mampu memandang sekalipun ada dalam lingkaran
ku coba berlari dari lingkaran itu
sekalipun kaki harus melangka dan berdarah lagi

pada dinding-dinding tanah
beberapa wajah keluar dari liang-liang yang ada
menahan langkahku mencoba menghentikan
mengajak kembali pada pesta pora
tetapi kaki menyeret untuk menjauh
menjauh dari jalan yang mereka tunjukkan

tubuh yang berlumuran darah
setelah mengapai cadas-cadas tajam
yang timbul dari dinding-dinding tanah
dalam nafas yang tinggal satu satu

ku terhenyak.. memandang bumi yang cabik cabik
roda-roda baja mengikis tanah-tanah merah
meninggalkan gosong hitam yang masih membara
sementara mereka-mereka masih berpesta
dan anjing-anjing penjaga siap menyantap tubuh ini

gelap-hanya gelap yang terasa
sementara nafas masih tersisa
dan tubuh masih mengeliat
gelap hanya gelap yang terasa

0 komentar:

Posting Komentar